Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan III di Desa Sutojayan Kec. Pakisaji, Malang Tahun 2015

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan III di Desa Sutojayan Kec. Pakisaji, Malang Tahun 2015

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Foto bareng setelah menanam padi pada kegiatan praktek Kaji Tindak mata kuliah Metode Penyuluhan II

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan Fieldtrip di desa Pujon sebelum melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan II di Kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan II di Kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan Magang penyuluhan di desa Girimoyo, Singosari Malang Tahun 2013

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan PKL III di Desa Sutojayan Kec. Pakisaji, Malang Tahun 2015

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan PKL III di Desa Sutojayan Kec. Pakisaji, Malang Tahun 2015

Dokumentasi Kegiatan di STPP Malang

Kegiatan PKL III di Desa Sutojayan Kec. Pakisaji, Malang Tahun 2015

Selasa, 22 April 2014

Teknologi Budidaya Padi Dengan PTT

Teknologi budidaya padi yang dianjurkan adalah teknologi yang dirakit berdasarkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sebagai suatu pendekatan yang diyakini mampu mengoptimalkan produktivitas. Secara sederhana PTT dapat diartikan sebagai suatu pendekatan inovatif dalam pengelolaan tanaman dengan memadukan sejumlah komponen teknologi dan sumberdaya sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal, keuntungan maksimal dan sumberdaya alam terjaga kelestariannya untuk menjamin pertanian berkelanjutan.
Berdasarkan pengertian tersebut PTT tidak sekedar meningkatkan produktivitas, tetapi mengupayakan agar sumberdaya dan modal dimanfaatkan secara efisien untuk memperbesar pendapatan. Pemanfaatan saprodi khususnya pupuk, pestisida, dan air, didasarkan pada kebutuhan tanaman agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Berpedoman pada pengertian diatas, maka paket teknologi PTT dirumuskan  berdasarkan 4 prinsip dasar yaitu:
1.      Sinergi, paket teknologi tersusun atas komponen teknologi terbaik yang satu sama lain saling mendukung sehingga menghasilkan kinerja maksimal.
2.      Partisipatif, petani harus berperan aktif dalam penentuan, penerapan dan evaluasi  paket teknologi yang akan diterapkan.
3.      Dinamis, teknologi yang diterapkan bukan merupakan paket tetap namun dapat berubah sesuai perkembangan/kemajuan, perubahan dilakukan apabila dipandang lebih menguntungkan.
4.      Spesifik lokasi, paket teknologi yang diterapkan tidak mesti seragam namun disesuaikan dengan kondisi agroekosistem, dan kondisi sosil-ekonomi petani, sehingga paket teknologi PTT di suatu tempat dapat berbeda dengan paket teknologi PTT di tempat lain.
Mengacu pada pengertian PTT dan empat prinsip dasar tersebut, paket teknologi PTT dipilah menjadi 2 yaitu teknologi dasar dan teknologi pilihan untuk mengakomodir perbedaan lingkungan antar lokasi.
1.      Teknologi Dasar
            Merupakan komponen teknologi yang harus diterapkan pada budidaya padi dengan tetap mempertimbangkan kondisi spesifik lokasi meliputi:
a.      Varietas unggul baru (VUB) yaitu varietas unggul padi yang dilepas dalam  beberapa tahun terakhir yang disesuiakan dengan agroekosistem dan hama penyakit endemis di wilayah tertentu.
b.      Benih bermutu dan berlabel,  yaitu benih yang memenuhi standar mutu yang ditandai dengan dikeluarkannya sertifikat BPSB., ciri-ciri benih tertera dengan jelas dalam label. Benih bermutu dan berlabel djamin benih sumbernya, keseragamannya dan kemurniannya
c.      Pemberian bahan organik, sangat perlu ditambahkan karena bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik dan bilogis tanah. Bahan organik yang memadai akan meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, sumber energi mikroba tanah dan memperbaiki keseimbangan unsur hara tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah dari seluruh wilayah di NTB, kandungan bahan organik tanah berada pada titik yang menghawatirkan yakni berkisar 0,8%-1,2%, padahal kandungan bahan organik tanah yang tergolong normal adalah 2,5%. Untuk meningkatkan bahan organik tanah sebesar 1,0% diperlukan sekitar 24 t kompos/ha. Penambahan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan mengembalikan jerami padi kedalam tanah (jangan dibakar) karena selain meningkatkan bahan organik juga bermanfaat untuk meningkatkan kandungan unsur Kalium tanah.   
d.      Pengaturan populasi tanaman secara optimum, populasi optimum penting artinya untuk memberikan ruang tumbuh yang sama bagi setiap rumpun tanaman sehingga penggunaan lahan menjadi efisien. Populasi optimum dapat diperoleh dengan pengaturan jarak tanam.  Penanaman padi dengan jajar tegel maupun jajar legowo memberikan hasil lebih tinggi dibanding jarak tanam tidak beraturan. Dari sejumlah pengkajian diketahui bahwa penanaman padi dengan jajar legowo 2:1 memberikan hasil tertinggi disbanding jajar tegel maupun jajar legowo 4:1. Hal ini disebabkan seluruh rumpun tanaman mendapatkan pengaruh tanaman pinggir (border effect) karena kedua barisan tanaman berada pada jarak antar baris yang cukup lebar (40 cm).
e.      Pemupukan berdasarkan status hara tanah, merupakan strategi yang paling rasional untuk meningkatkan produktivitas dengan pemupukan yang efisien. Dengan pendekatan ini jenis pupuk dan takaran pupuk yang diaplikasi sesuai kebutuhan tanaman dan terhindar dari pemborosan pupuk. Status hara tanah dapat diketahui dari hasil analisis sampel tanah di Laboratorium atau dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang dapat dipergunakan oleh penyuluh lapangan dan hasil analisis dapat diketaui secara instan.
Pemupukan berdasarkan status hara tanah dianjurkan untuk pemupukan P dan K sedangkan untuk pemupukan N menggunkan alat bantu Bagan Warna Daun (BWD)
f.       Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), prinsip dasar pendekatan PHT adalah memadukan sejumlah komponen pengendalian yang saling bersinergi dengan mengutamakan pengendalian non kimiawi. Komponen PHT untuk tanaman padi meliputi:
1)      Penanaman serempak dengan interval 5 hari pada luasan minimal 50 ha dalam satu hamparan
2)      Penanaman varietas tahan
3)      Pertanaman selalu dalam kondisi bebas gulma
4)      Hindari penggunaan pupuk N berlebihan
5)      Utamakan pengendalian hayati
6)      Pestisida hanya digunakan apabila tingkat serangan atau populasi hama  mencapai ambang kendali.
2.      Teknologi Pilihan 
Teknologi Pilihan, merupakan komponen teknologi yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan petani setempat, diterapkan sebagai kelengkapan komponen teknologi dasar yang meliputi:
a.      Penanaman bibit muda (kurang dari 21 hari), bibit muda memiliki kemampuan membentuk anakan lebih banyak, tidak mengalami cekaman berlebihan pasca pindah tanam
b.      Menanam bibit 1-3 batang per rumpun, jumlah bibit sedikit (1-3 batang)/rumpun) lebih berpotensi untuk memberikan hasil tinggi  dibanding bibit banyak (> 3 batang/rumpun). Dengan 1-3 batang bibit/rumpun, tanaman akan memperoleh hara, air, oksigen dan sinar dalam jumlah yang cukup, tidak terjadi persaingan berlebihan sehingga tanaman akan tumbuh subur sejak fase pertumbuhan awal, sehingga membentuka anakan produktif lebih banyak. Selain itu penanaman benih sedikit menghemat  penggunaan benih hingga 60%.
c.      Pengairan secara efektif dan efisien, dengan metode pengairan berselang (intermittent) untuk menciptakan kondisi basah dan kering secara bergantian. Pengairan berselang akan meningkatlkan suplai oksigen ke dalam tanah ketika petakan dalam kondisi kering sehingga penyerapan oksigen oleh tanaman maksimal. Dalam kondisi kering pertumbuhan akar akan semakin cepat menyebabkan  radius  perakaran lebih luas sehingga penyerapan hara lebih tinggi. Pengairan berselang dapat menghemat penggunaan air hingga 40%.
d.      Penyiangan dengan landak atau gasrok, dianjurkan untuk penghematan tenaga kerja penyiangan dan mendapatkan hasil penyiangan yang bersih serta tanah sekitar perkaran lebih melumpur.
e.      Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok yakni ketika sekitar 90% gabah dalam malai telah menguning dan sangat tergantung pada varietas padi yang ditanam. Panen terlambat menyebabkan kehilangan hasil akibat kerontokan atau tanaman rebah karena batang tanaman mengering. Panen sebelum waktunya menyebabkan kehilangan hasil akibat tingginya persentase gabah hampa/gabah muda.      

0 komentar:

Posting Komentar