Teknologi
budidaya padi yang dianjurkan adalah teknologi yang dirakit berdasarkan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sebagai suatu pendekatan yang
diyakini mampu mengoptimalkan produktivitas. Secara sederhana PTT dapat
diartikan sebagai suatu pendekatan inovatif dalam pengelolaan tanaman dengan
memadukan sejumlah komponen teknologi dan sumberdaya sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil optimal, keuntungan maksimal dan sumberdaya alam terjaga kelestariannya
untuk menjamin pertanian berkelanjutan.
Berdasarkan
pengertian tersebut PTT tidak sekedar meningkatkan produktivitas, tetapi
mengupayakan agar sumberdaya dan modal dimanfaatkan secara efisien untuk
memperbesar pendapatan. Pemanfaatan saprodi khususnya pupuk, pestisida, dan
air, didasarkan pada kebutuhan tanaman agar tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Berpedoman
pada pengertian diatas, maka paket teknologi PTT dirumuskan berdasarkan 4
prinsip dasar yaitu:
1. Sinergi, paket teknologi tersusun atas
komponen teknologi terbaik yang satu sama lain saling mendukung sehingga
menghasilkan kinerja maksimal.
2. Partisipatif, petani harus berperan
aktif dalam penentuan, penerapan dan evaluasi paket teknologi yang akan
diterapkan.
3. Dinamis, teknologi yang diterapkan
bukan merupakan paket tetap namun dapat berubah sesuai perkembangan/kemajuan,
perubahan dilakukan apabila dipandang lebih menguntungkan.
4. Spesifik lokasi, paket teknologi yang
diterapkan tidak mesti seragam namun disesuaikan dengan kondisi agroekosistem,
dan kondisi sosil-ekonomi petani, sehingga paket teknologi PTT di suatu tempat
dapat berbeda dengan paket teknologi PTT di tempat lain.
Mengacu
pada pengertian PTT dan empat prinsip dasar tersebut, paket teknologi PTT
dipilah menjadi 2 yaitu teknologi dasar dan teknologi pilihan untuk
mengakomodir perbedaan lingkungan antar lokasi.
1. Teknologi Dasar
Merupakan
komponen teknologi yang harus diterapkan pada budidaya padi dengan tetap
mempertimbangkan kondisi spesifik lokasi meliputi:
a. Varietas unggul baru (VUB) yaitu
varietas unggul padi yang dilepas dalam beberapa tahun terakhir yang
disesuiakan dengan agroekosistem dan hama penyakit endemis di wilayah tertentu.
b. Benih bermutu dan berlabel, yaitu
benih yang memenuhi standar mutu yang ditandai dengan dikeluarkannya sertifikat
BPSB., ciri-ciri benih tertera dengan jelas dalam label. Benih bermutu dan
berlabel djamin benih sumbernya, keseragamannya dan kemurniannya
c. Pemberian bahan organik, sangat perlu
ditambahkan karena bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik dan bilogis
tanah. Bahan organik yang memadai akan meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air, sumber energi mikroba tanah dan memperbaiki keseimbangan unsur
hara tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah dari seluruh wilayah di NTB,
kandungan bahan organik tanah berada pada titik yang menghawatirkan yakni
berkisar 0,8%-1,2%, padahal kandungan bahan organik tanah yang tergolong normal
adalah 2,5%. Untuk meningkatkan bahan organik tanah sebesar 1,0% diperlukan
sekitar 24 t kompos/ha. Penambahan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan
mengembalikan jerami padi kedalam tanah (jangan dibakar) karena selain
meningkatkan bahan organik juga bermanfaat untuk meningkatkan kandungan unsur
Kalium tanah.
d. Pengaturan populasi tanaman secara
optimum, populasi optimum penting artinya untuk memberikan ruang tumbuh yang
sama bagi setiap rumpun tanaman sehingga penggunaan lahan menjadi efisien.
Populasi optimum dapat diperoleh dengan pengaturan jarak tanam. Penanaman padi
dengan jajar tegel maupun jajar legowo memberikan hasil lebih tinggi dibanding
jarak tanam tidak beraturan. Dari sejumlah pengkajian diketahui bahwa penanaman
padi dengan jajar legowo 2:1 memberikan hasil tertinggi disbanding jajar tegel
maupun jajar legowo 4:1. Hal ini disebabkan seluruh rumpun tanaman mendapatkan
pengaruh tanaman pinggir (border effect) karena kedua barisan tanaman berada
pada jarak antar baris yang cukup lebar (40 cm).
e. Pemupukan berdasarkan status hara
tanah, merupakan strategi yang paling rasional untuk meningkatkan produktivitas
dengan pemupukan yang efisien. Dengan pendekatan ini jenis pupuk dan takaran
pupuk yang diaplikasi sesuai kebutuhan tanaman dan terhindar dari pemborosan
pupuk. Status hara tanah dapat diketahui dari hasil analisis sampel tanah di
Laboratorium atau dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang
dapat dipergunakan oleh penyuluh lapangan dan hasil analisis dapat diketaui
secara instan.
Pemupukan
berdasarkan status hara tanah dianjurkan untuk pemupukan P dan K sedangkan
untuk pemupukan N menggunkan alat bantu Bagan Warna Daun (BWD)
f. Pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), prinsip dasar
pendekatan PHT adalah memadukan sejumlah komponen pengendalian yang saling
bersinergi dengan mengutamakan pengendalian non kimiawi. Komponen PHT untuk
tanaman padi meliputi:
1) Penanaman serempak dengan interval 5
hari pada luasan minimal 50 ha dalam satu hamparan
2) Penanaman varietas tahan
3) Pertanaman selalu dalam kondisi bebas
gulma
4) Hindari penggunaan pupuk N berlebihan
5) Utamakan pengendalian hayati
6) Pestisida hanya digunakan apabila
tingkat serangan atau populasi hama mencapai ambang kendali.
2. Teknologi Pilihan
Teknologi
Pilihan, merupakan komponen teknologi yang disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan petani setempat, diterapkan sebagai kelengkapan komponen teknologi
dasar yang meliputi:
a. Penanaman bibit muda (kurang dari 21
hari), bibit muda memiliki kemampuan membentuk anakan lebih banyak, tidak
mengalami cekaman berlebihan pasca pindah tanam
b. Menanam bibit 1-3 batang per rumpun,
jumlah bibit sedikit (1-3 batang)/rumpun) lebih berpotensi untuk memberikan
hasil tinggi dibanding bibit banyak (> 3 batang/rumpun). Dengan 1-3 batang
bibit/rumpun, tanaman akan memperoleh hara, air, oksigen dan sinar dalam jumlah
yang cukup, tidak terjadi persaingan berlebihan sehingga tanaman akan tumbuh
subur sejak fase pertumbuhan awal, sehingga membentuka anakan produktif lebih
banyak. Selain itu penanaman benih sedikit menghemat penggunaan benih hingga
60%.
c. Pengairan secara efektif dan efisien,
dengan metode pengairan berselang (intermittent) untuk menciptakan kondisi
basah dan kering secara bergantian. Pengairan berselang akan meningkatlkan
suplai oksigen ke dalam tanah ketika petakan dalam kondisi kering sehingga
penyerapan oksigen oleh tanaman maksimal. Dalam kondisi kering pertumbuhan akar
akan semakin cepat menyebabkan radius perakaran lebih luas sehingga
penyerapan hara lebih tinggi. Pengairan berselang dapat menghemat penggunaan
air hingga 40%.
d. Penyiangan dengan landak atau gasrok,
dianjurkan untuk penghematan tenaga kerja penyiangan dan mendapatkan hasil
penyiangan yang bersih serta tanah sekitar perkaran lebih melumpur.
e. Panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok yakni ketika sekitar 90% gabah dalam malai telah menguning dan sangat
tergantung pada varietas padi yang ditanam. Panen terlambat menyebabkan
kehilangan hasil akibat kerontokan atau tanaman rebah karena batang tanaman
mengering. Panen sebelum waktunya menyebabkan kehilangan hasil akibat tingginya
persentase gabah hampa/gabah muda.
0 komentar:
Posting Komentar